Sabtu, 19 Oktober 2013



ASPERGILLUS FLAVUS PADA KACANG TANAH PENYEBAB KANKER HATI
Moch. Agus Krisno Budiyanto, Ahmad Mundzir Romdhani, Ulfa Maulida Farid, Winda Sulastri
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Jalan Tlogomas 246 Malang

Abstrak
Aspergillus flavus salah satu jenis jamur yang sering mengkontaminasi makanan hasil panen. Jamur ini dapat menyebabkan infeksi Aspergillosis dan juga merupakan jamur yang paling banyak menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin adalah jenis toksin yang bersifat karsinogenik penyebab kanker hati. kandungan aflatoksin dalam bahan pangan adalah maksimum 30 ppb (bagian per sejuta). aflatoksin yang telah terdapat dalam bahan pangan, terutama kacang tanah, tidak dapat hilang setelah direbus, digoreng, disangrai atau diolah menjadi berbagai hasil olahan, dan ternyata tetap mengandung aflatoksin dalam kadar yang membahayakan  kesehatan.
kata kunci: Aspergillus flavus, Aflatoksin, kanker hati
 

Pendahuluan
            Aspergillus flavus merupakan jamur yang biasa tumbuh pada hasil panen yang mengandung minyak, misalnya kacang-kacangan, jagung, cabe, biji kapas dan serealia (Supardi, 1999). Aspergillus flavus adalah salah satu jenis jamur yang sering mengkontaminasi makanan. Jamur jenis ini dapat menyebabkan infeksi Aspergillosis dan juga merupakan jamur yang paling banyak menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin adalah jenis toksin yang bersifat karsinogenik. Aflatoksin dapat mengakibatkan keracunan dengan gejala mual dan muntah, dan bila berlangsung lama penyakit yang timbul adalah kanker hati dan berakibat meninggal dunia dan apabila seseorang mengkonsumsi bahan pangan yang terkontaminasi aflatoksin konsentrasi rendah secara terus-menerus, maka hal itu dapat merusak hati serta menurunkan sistem kekebalan pada tubuh.
            Kacang tanah (Arachis hypogaea) adalah komoditas pertanian yang bernilai ekonomi cukup tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Selain itu, kacang tanah merupakan tanaman palawija yang menempati urutan ketiga setelah jagung dan kedelai. Di Indonesia kacang tanah telah lama dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Produk olahan kacang tanah di antaranya ialah kacang kulit (kacang garing), kacang atom, bumbu siomay, bumbu pecel, bumbu gado-gado, dan bumbu sate. Menurut BPS (2009) di Indonesia pada tahun 2008 produksi kacang tanah mencapai 770.054 ton. Dari semua jenis bahan pangan hasil pertanian, kacang tanah merupakan bahan pangan yang paling mudah dicemari oleh kapang Aspergillus flavus penghasil aflatoxin, meskipun kapang ini dapat pula tumbuh pada jagung, kopra, kedelai, cantel, kopi, coklat, beras, gaplek, tembakau, jamu dan lain-lain

Pembahasan
Aspergillus flavus merupakan jenis kapang saprofit  merupakan jenis kapang saprofit di tanah yang umumnya memainkan peranan penting sebagai pendaur ulang nutrisi yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. Kapang tersebut juga ditemukan pada biji-bijian yang mengalami deteriorasi mikrobiologis selain menyerang segala jenis substrat organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk pertumbuhannya terpenuhi. Kondisi ideal tersebut mencakup kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang tinggi.


http://www.schoolproject2.myewebsite.com/img/original/21/aspergillus-flavus.jpg
 









         


         Aspergillus flavus

Klasifikasi:
Kingdom         : Fungi
Phylum            : Ascomycota
Subphylum      : Pezizomycotina
Classis             : Eurotiomycetes
Sub classis       : Eurotiomycetidae
Ordo                : Eurotiales
Familia            : Trichocomaceae
Genus              : Aspergillus
Spesies            :Aspergillus flavus

Aspergillus flavus cenderung lebih mematikan dan tahan terhadap antifungi dibandingkan hampir semua spesies Aspergillus  yang lainya. Selain itu, kapang tersebut juga mengkontaminasi berbagai produk pertanian.
1.      Morfologi Aspergillus flavus
Morfologi Aspergillus flavus dalam setiap fase hidupnya berbeda, meliputi fase:
a.    Mycelium dan Sclerotia
       Mycelium jamur merupakan struktur yang cukup dominan ditemukan dalamtanah. Sclerotia juga bisa terbentuk yang membuatnya bisa bertahan hidupcukup lama dalam tanah.


http://www.doctorfungus.org/mycoses/images/aspergillus-flavus.jpg
 








     Hifa Dari Aspergillus Flavus



b.    Konidiofor
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS8Rr-TGA8WvkbbksTVxSdx4HDka4RrmQiBdhAcTUmh5IJhle4cMycelium membentuk banyak konidiofor. konidiofor tumbuh secara tunggal dari badan hifa.








 Konidiofor dari Aspergillus Flavus

c.    Konidia
http://www.pf.chiba-u.ac.jp/gallery/img/fungi/a/Aspergillus_flavus_conidia.jpgKonidiofor yang matang akan membentuk konidia pada ujungnya. Konidiaberbentuk bulat dan unisel dengan dinding yang kasar. Konidia bisa tumbuh menyebar di udara, menempel pada tubuh serangga, pada tanaman, pada hasil panen.







                                Konidia

d.   Mycelia saprofit
Aspergillus flavus biasanya tumbuh dan hidup sebagai saprofit di dalam tanah.Pertumbuhannya sangat didukung dengan adanya sisa-sisa tanaman dan hewan dalam jumlah besar.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7SJBdmO6WcZSHSfc5kV3Mz9RNisxPtbIYE45Vw_pUWVsgDf99oV4lL9eP13YL1jeZ7XBaryKYcw8p-Lxz45EzO-9mURtLLTBRsEwXDzLouzJpuSdhC5yLmpkfqFBIyIIzHvvVIWNVxrM/s1600/c.bmp
 









2.       Anatomi Aspergillus flavus
      Aspergillus flavus mempunyai hifa bersekat dan bercabang, pada bagian ujung hifa terutama pada bagian yang tegak membesar merupakan bagian konidiofornya. Konidiofora pada bagian ujungnya membulat menjadi visikel. Pada vesikel terdapat batang pendek yang disebut sterigmata. sterigmata atau fialida berwarna atau tidak berwarna dan tumbuh konodia yang membentuk rantai berwarna hijau, coklat, atau hitam (Djarir Makfoeld, 1993).
3.      Patogenitas Aspergillus flavus
   Toxin yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus berupa mikotoksin. mikotoksin adalah senyawa hasil sekunder metabolism jamur. mikotoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus lebih dikenal dengan Aflatoksin. aflatoksin, dapat menyerang sisten syaraf pusat yang  bersifat karsinogenik penyebab kanker pada hati, ginjal dan perut.
       Kemampuan jamur untuk membentuk aflatoksin bergantung pada faktor dan keadaan lingkungan secara makroskopis (substrat, kelembapan, suhu, pH) dan lamanya kontak antara jamur dan substrat. substrat dengan kadar karbohidrat tinggi akan menguntungkan pembentukan aflatoksin dengan kadar glukosa 30%. Pemanasan hingga 250 derajat Celsius tidak efektif menginaktifkan senyawa ini. Akibatnya bahan pangan yang terkontaminasi biasanya tidak dapat dikonsumsi lagi. (Makhfoeld, 1993)
Di tahun 1960, masyarakat Inggris merayakan Natal tanpa kalkun. Saat itu, hanya dalam waktu beberapa bulan, lebih dari 100.000 kalkun mati karena penyakit belum dikenal dan disebut “penyakit kalkun X”. Penelitian-penelitian segera dilakukan. Tak lama kemudian, ditemukan bahwa kalkun-kalkun itu mati karena memakan pakan berupa bungkil kacang tanah yang telah tercemari kapang (jamur) Aspergillus Flavus yang menghasilkan racun yang disebut aflatoksin.
   Sejak saat itu, aflatoksin banyak mendapat perhatian karena potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, bisa menyebabkan penyakit dan bahkan kematian pada manusia serta hewan mamalia. Tak hanya kapang Aspergillus flavus, kapang lain seperti Aspergillus parasiticus dan Aspergillus nomius juga dapat memproduksi racun aflatoksin Aspergillus flavus merupakan kapang yang tersebar meluas di alam. Kapang ini bisa muncul di tanah, tumbuhan yang membusuk, biji-bijian yang mengalami kerusakan mikrobiologis, dan dapat menyerang berbagai jenis substrat organik di mana pun dan kapan pun asalkan kondisinya mendukung pertumbuhannya. Namun, kapang Aspergillus flavus yang mencemari suatu komoditi tidak selalu membuat racun sehingga adanya kapang ini belum tentu memberikan pencemaran racun aflatoksin.
FAO, WHO dan UNICEF telah menetapkan bahwa “safe level” kandungan aflatoxin dalam bahan pangan adalah maksimum 30 ppb (bagian per sejuta). Juga dilaporkan oleh para peneliti kita bahwa aflatoxin yang telah terdapat dalam bahan pangan, terutama kacang tanah, tidak dapat hilang setelah direbus, digoreng, disangrai atau diolah menjadi berbagai hasil olahan, dan ternyata tetap mengandung aflatoxin dalam kadar yang membahayakan kesehatan.
Demikian pula diharapkan peranan Dirjen POM (Pengawasan Obat dan Makanan) yang lebih besar untuk mencegah timbulnya bahaya aflatoxin pada masyarakat. Pernah dilaporkan bahwa semua kacang tanah yang terdapat di kota Bogor (di grosir-grosir) telah mengandung aflatoxin dalam kadar yang membahayakan kesehatan.

4.      Kanker Hati
Aflatoksin bersifat karsinogenik pada
manusia dan hewan. Karsinoma hepatoselular secara umum diderita 500.000 orang tiap tahunnya di dunia, dengan 80% kejadian ditemukan di negara berkembang dengan  five year mortality >95%. Karsinoma hepato selular ini merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas terutama di Cina dan Afrika.(13,19,20) Meskipun data kanker hepar di negara berkembang sulit didapat secara rutin, diperkirakan kejadiannya berkisar antara 16-32 kali bila dibandingkan yang dijumpai di Eropa dan Amerika Serikat, yaitu kira-kira 2,5/100.000 dan menyebabkan kematian pada sekitar 8,8% dari seluruh kematian karena penyakit kanker. Aflatoksin pada manusia terutama dikenal sebagai agent yang dapat menyebabkan kanker hati, walaupun kanker paru ternyata merupakan risiko yang juga dapat ditemui pada pekerja yang menangani padipadi yang terkontaminasi.
Relevansi dengan Ayat Al-Qur’an
QS. Yasin Ayat 33
   
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.

QS. Al-An’am Ayat 95

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?




Kesimpulan

1.   Aspergillus flavus merupakan jamur yang biasa tumbuh pada hasil panen yang mengandung minyak. Aspergillus flavus termasuk jenis kapang saprofit ditanah yang umumnya berperan penting sebagai pendaur ulang nutrisi yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang.
2.   Siklus hidup Aspergillus Flavus meliputi fase Mycelium dan Sclerotia, Konidiofor, konidia, dan Mycelia saprofit.
3.   Aspergillus Flavus menghasilkan toksin yang berupa aflatoksin B1 (mikotoksin) yang bersifat karsinogenik penyebab kanker hati.
4.   kandungan aflatoxin dalam bahan pangan adalah maksimum 30 ppb (bagian per sejuta), aflatoxin yang telah terdapat dalam bahan pangan, terutama kacang tanah, tidak dapat hilang setelah direbus, digoreng, disangrai atau diolah menjadi berbagai hasil olahan, dan ternyata tetap mengandung aflatoxin dalam kadar yang membahayakan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Taxonomy browser (Aspergillus flavus). (online) http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?id=5059, diakses pada tanggal 07 Oktober 2013.
Anonim. 2013. Aspergillosis (Aspergilus). (online)  http://www.cdc.gov/nczved/dfbmd/diseaselisting/aspergillosis_gi.html. diakses pada tanggal 07 Oktober 2013.
Anonim. 2013. Aspergillus flavus
.http://pathport.vbi.vt.edu/pathinfo/ pathogens/A-f.html, diakses pada tanggal 07 Oktober 2013.
Anonim. 2013. Aspergillus flavus. (online).http://schoolproject2.com. diakses tanggal 13 Oktober 2013.
Anonim. 2013. Hifa Dari Aspergillus Flavus (online). http:// www.doctorfungus.org. diakses tanggal 13 Oktober 2013.
Anonim. 2013. Konidiofor dari Aspergillus Flavus (online) http://noraramkita.blogspot.com. diakses tanggal 13 Oktober 2013
Anonim. 2013. Konidia (online) http://www.pf.chiba-u.ac.
              diakses tanggal 13 OKtober 2013
Anonim. 2013. Aspergillus flavus (online). http://noraramkita.blogspot.com. diakses tanggal 13 Oktober 2013.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar